Laman

Jumat, 23 September 2005

I feel like i'm falling!!

Standing tall in this wide space,
  Getting lost in Your embrace.
     I see a fire burning brighter;
       It's calling me to catch the flame.



I feel like I'm falling over and over in love with You.
       It's not just a feeling, but I know that he is real.
            I feel like I'm falling into the arms of a mighty God.
                It's not just a feeling, but I know that he is real.



You're drawing me closer to Your side;
   It's the safest place I know where to hide.
     With one glance You captured my heart;
        You speak Your words and set me apart.


I feel like I'm falling, I feel like I'm falling,
I feel like I'm falling, falling into the arms of love.



(Hillsong Music Australia)

Kamis, 15 September 2005

HaPPy bIRthDay to mE.... (15/09)



yippiiee....



saToe tAHoen LAgi TuhAN kaCi sAMa aku...



zUEneng ka sENg...



heheheehe...



nO PaRty, jUSt gIVe mY hEArt anD my Life tO wORsHip hIM..



i tHAnk God fOR everytHing i Have GOt..



i jUSt wANt to bE wITh You, WaLk wITh You, FOLLoW you, NeAR yOu, FeEL yOu, HeaR YOur VOiCe God... i LoVE LorD jEsUs..





thanks ya buat temen2 yang Tuhan kasih buat aku..



orang tua... guru-guru... kakak2 senior... semua orang dehhh...



i love yOu all!!



bLEss tHem God..!!! (^^,)

Give Thanks

Allah mengerti



Allah peduli



segala persoalan yang kita hadapi



tak akan pernah dibiarkannya



kubergumul sendiri



s'bab Allah mengerti....



makasih Bapa di Surga...



beta zn tau mo bilang apa lai, par fanny Yesus yang paling indah.. Tuhan selalu mau ngerti beta dalam setiap keadaan.. saat beta sedih, kesepian, beta yakin cuma Tuhan sa yang ngerti beta..



bukan cuma itu, beta kagummm.... bener2 kagum punya Yesus... kalo sampe hari ini ada, fanny bisa di ambon itu bukan suatu kebetulan... lahir di ambon bukan suatu kebetulan.. karena beta diciptakan sesuai dengan yang TUhan mau... waktu fanny ada di manado, harus sakit, itu Tuhan punya rencana untuk menyadarkan beta dan panggil beta "pulang" ke ambon.. saat di ambon, disini yang paling beta syukuri... dangke banyak lai TUhan Yesus su panggil beta ulang lai... Tuhan yang bertindak duluan, Tuhan yang panggil beta kembali... Tuhan zn mau beta terus sesat!! Tuhan YEsus sangat sayang beta... makasih banyak TUhan... sampe sekarang beta ada, samua cuma Tuhan Yesus yang sayang beta saja.. zn ada yang lainnn... mulai dari keluarga, tamang2 di manado, ambon, guru2, kakak senior (terutama k'izaac, k'pet, k'herry) dangke banyak lai...



fanny pung keinginan satu... menyenangkan hati TUhan Yesus... Bapa, beta masih jauh dari sempurna.. beta tau saat beta bilang ini, iblis banyak yang datang goda, tapi skali lagi Bapa, jangan tinggalkan anakMu ini... beta minta ROh kudus jua par kuatkan beta menghadapi semua ini...



Tuhan....



hari ini beta banyak dapat berkat... ada pesan Tuhan untuk beta tadi waktu ikut seminar di GBI house of my GLory (bethany)..... yang buat dari australia... lagu yang di atas akan selalu ingatkan beta...



17 tahun yang lalu Tuhan Yesus yang selalu mangarti beta... kasih beta samua yang baik par beta... Tuhan su paleeeeng baeeeee...... skrng beta mo buat sesuatu buat TUhan sendiri... bikin Yesus sanang....... mangarti Tuhan pung mau saja....dangke banyak lai Yesus,...... cinta, hormat, kemuliaan, puji dan syukur hanya untuk Yesusku saja seorang......





Thank You Father



Thank You Son



Thank You Holy Spirit



in the name of Jesus Christ, i Praise you Lord!!



Amen....

Rabu, 07 September 2005

Anak Anjing

Seorang petani mempunyai beberapa anak anjing yang akan di jualnya. Dia menulisi papan untuk mengiklankan anak-anak anjing tersebut, dan memakukannya pada tiang di pinggir halamannya.



Ketika dia sedang dalam perjalanan untuk memasangnya, dia merasakan tarikan pada bajunya. Dia memandang ke bawah dan bertemu mata dengan seorang anak laki-laki kecil. " Tuan," anak itu berkata, "Saya ingin membeli salah satu anak anjing Anda."



"Yah," kata si petani, sambil mengusap keringat di lehernya, "Anak-anak anjing ini berasal dari keturunan yang bagus dan cukup mahal harganya."



Anak itu tertunduk sejenak, kemudian merogoh ke dalam saku bajunya, ia menarik segenggam uang receh dan menunjukkannya kepada si petani.



"Saya punya tiga puluh sembilan sen. Apakah ini cukup untuk membelinya?"



"Tentu," kata si petani yang kemudian bersiul " Dolly, kemari!" panggilnya.



Dolly keluar dari rumahnya dan berlari turun diikuti oleh anak-anaknya. Si anak laki-laki tersebut menempelkan wajahnya ke pagar, matanya bersinar- sinar. Sementara anjing-anjing tersebut berlarian menuju pagar, perhatian anak laki-laki tersebut beralih pada sesuatu yang bergerak di rumah anjing.



Perlahan keluarlah seekor anak anjing, lebih kecil dari yang lain. Ia berlari menuruni lereng dan terpeleset. Kemudian dengan terpincang-pincang berlari, berusaha menyusul yang lain.



"Aku mau yang itu," kata si anak, menunjuk pada yg anak anjing kecil itu. Sang petani berjongkok disampingnya dan berkata," Nak, kau tidak akan mau anak anjing yang itu, dia tidak akan bisa berlari dan bermain bersamamu seperti yang bisa dilakukan anak- anak anjing lainnya."



Anak itu melangkah menjauh dari pagar, meraih ke bawah, menggulung celana di salah satu kakinya, memperlihatkan penguat kaki dari logam yang melingkari kakinya hingga sepatu yang di buat khusus untuknya.



Ia memandang sang petani, dan berkata, "Anda lihat, tuan, saya juga tidak bisa berlari, dan anak anjing itu memerlukan seseorang yang memahaminya."



Dunia penuh dengan orang-orang yang memerlukan seseorang lain yang mau memahaminya.











Tuhan Yesus Kristus Memberkati,

Minggu, 04 September 2005

Kupu-kupu...

Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain disana. "Sedang apa kau disini anak muda?" tanya seseorang. Rupanya ada seorang kakek tua. "Apa yang kau risaukan?"



Anak muda itu menoleh ke samping, "Aku lelah Pak Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemanakah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"



Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian. Di pandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai bicara, "Di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan. "Ya tangkaplah seekor kupu- kupu buatku dengan tanganmu" sang Kakek mengulang kalimatnya lagi. Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tak berapa lama, dijumpainya taman itu. Taman yang yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan disana. Sang kakek, melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu. Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Di kejarnya kupu-kupu itu ke arah lain. Ia tak mau kehilangan buruan. Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia mulai berlari tak beraturan. Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana. Gerakannya semakin liar.



Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik- turun dengan cepat. Sampai akhirnya ada teriakan, "Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah." Tampak sang Kakek yang berjalan perlahan. Tapi lihatlah, ada sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu. "Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?" Sang Kakek menatap pemuda itu. "Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu." "Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan.



Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri." Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.



Mencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit, bagi mereka yang terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang tahu apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini, menabrak sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk mendapatkannya. Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya.



Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan tak bisa di dapat dengan cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di genggam atau benda yang dapat disimpan. Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.



Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap, dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita. Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita. Saya percaya, bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati kita, namun kita tak pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.





Tuhan Yesus Kristus Memberkati,