Laman

Kamis, 02 November 2006

Piano

Kisah ini terjadi di Rusia. Seorang ayah, yang memiliki putra yang berusia kurang lebih 5 tahun, memasukkan putranya tersebut ke sekolah musik untuk belajar piano. Ia rindu melihat anaknya kelak menjadi seorang pianis yang terkenal.



Selang beberapa waktu kemudian, di kota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal. Karena ketenarannya, dalam waktu singkat tiket konser telah terjual habis. Sang ayah membeli 2 buah tiket pertunjukan, untuk dirinya dan anaknya.



Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah terisi penuh, sang ayah duduk dan putranya tepat berada di sampingnya. Seperti layaknya seorang anak kecil, anak ini pun tidak betah duduk diam terlalu lama, tanpa sepengetahuan anaknya, ia menyelinap pergi.



Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putranya tidak ada di sampingnya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan, dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis tersebut. Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana, twinkle2 little star. Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba-aba terlebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung.



Seluruh penonton terkejut, melihat yang berada di panggung bukan sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis pun terkejut, dan bergegas naik ke atas panggung. Melihat anak tersebut, sang pianis tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata, "Teruslah bermain" dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya. Sang pianis lalu duduk, di samping anak itu, dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu, ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu, dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah.



Bahkan mereka seakan menyatu dalam permainan piano tersebut. Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung.



Sang anak jadi besar kepala, pikirnya, "Gila, baru belajar piano sebulan saja sudah hebat!" Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang duduk di sebelahnya, mengisi semua kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna.



Demikian juga di dalam kehidupan kita, kita sering merasa bahwa keberhasilan yang kita raih , semua itu hanya karena usaha dan kerja keras kita. Kita lupa bahwa semua itu terjadi karena Tuhan yang menolong kita dan tanpa Dia apapun yang kita kerjakan tidak akan berhasil. Tapi bila Tuhan ada disamping kita, kita akan mampu melakukan hal – hal yang sederhana menjadi luar biasa. Tuhan Yesus memberkati.

2 komentar:

  1. nice story,...
    it got social message too...
    but my fav is the Bible where there is more fantastic real life story than any other book or story ever written...

    BalasHapus
  2. Ada cerita bagus nih.
    Ingt cerita Tuhan Yesus menunggangi keledai memasuki Yerusalem? Waktu itu Tuhan dipermuliakan, dielu-elukan.

    Kita disiapkan Tuhan, dipakai untuk sesuatu yang mulia, untuk pelayanan yang makin lama makin besar, seperti keledai itu. Tapi jangan kita lupa, waktu orang bilang bahwa pelayanan kita sangat memberkati mereka, Tuhan Yesus yang di atas punggung kitalah yang mereka muliakan. Jangan sampai keledai itu mengira mereka memuji si keledai!

    BalasHapus