Laman

Rabu, 13 Mei 2009

Rotan Ayah

Waa…Aku melakukan kesalahan.
Lagi.


Masalahnya, aku lupa apa yang aku lakukan waktu itu. Huahaha…
3 tahun yang lalu? Entah.
2005 atau 2006. lama ya tohh..


Tapi ketika aku mengerti arti dari kejadian itu. Yang teringat bukan lagi sakit hati.
Apalagi kepahitan.


Waktu itu…
Wajahku pucat. (tepatnya aku merasa begitu)
Perasaanku tidak enak. Campur aduk.
Kesal, sedih, jengkel. Menyesal, membangkang, tidak mau tahu.
Ngak jelas. Tentu saja, karena aku sudah lupa. :p


Yang pasti aku bertengkar dengan ayahku.
Oh yeah, aku merasa hebat saat itu. Pikirku aku hebat.
Aku tidak mengerti yang namanya tunduk.
Gak pernah dengar (baca: gak sadar). Gak tahu (baca: gak mau tahu).
Jadi ya tidak kulakukan.
Mungkin waktu itu aku ingin melakukan yang baik. Tapi dengan cara yang salah.
Ya salah lah, kalo sampai tidak menghormati orang tua. Apalagi sampai membuatnya panas hati. Ganti air, ku siram bensin. Makin ’berkobar-kobarlah’ dia.
Menyeramkan.


........
Aku masuk ke kamarku
Ingin kutenangkan hatiku yang panas ini. (sepertinya bensin tadi nyiprat ke diriku juga)
Sakitnya minta ampun. Padahal aku yang melakukan kesalahan, tapi aku juga merasa sakit. Whateverlah rasanya. Pokoknya tidakk enaaakkk...


”PRAK” kira-kira begitu deh bunyinya..


Aku kaget. Suaranya sangat keras. Dari arah dapur. Sesuatu yang buruk terjadikah?
Aku keluar kamar dan mengintip dari jauh. Tidak ada apa-apa.
Bunyi apa ya itu? seperti bunyi rotan. Peduli amat.
Ya sudahlah.. Aku masuk ke kamar lagi.


Setelah merasa tenang, aku segera ke dapur.
Mengambil minum dan beberapa makanan.
Tiba-tiba perhatianku tertuju pada sebuah benda yang tidak jauh dari tempat aku berdiri. Benda yang diletakkan tidak pada tempatnya.
Benda yang sangat ku kenali. Rotan. Iya rotan. Bukan roti. Bukan rotan yang tipis. Bukan pula roti isi. (pliz deh, fan. Rotan)
Whoaa..
Ini kerabat si rotan yang pernah ”dicicipi” oleh kakak dan adikku. Mereka masih satu family. Dan.. Oh, jangan tanya rasanya kayak apa. Percayalah itu tidak menyehatkan. Lupakan saja. kamu pasti tidak menyukainya. Sekalipun aku tidak pernah mencicipinya. Tapi aku saksi mata.



Dan sekarang... benda itu berada tidak sampai satu meter di dekatku. Kenapa ya? Tanyaku dalam hati. Waw..coba lihat. Sepertinya baru saja digunakan. Ada retakan gitu. Dan tiba-tiba aku menyadari asal bunyi ”Prak” yang aku dengar tadi. Tapi masih tidak kumengerti juga


Sampai akhirnya...........................................
Lama setelah kejadian itu, aku ke gereja. Tepat pada perayaan Jumat Agung.
Aku mendengar khotbah sang pendeta dan tiba-tiba aku teringat dengan kejadian rotan ayahku waktu itu. Pendeta itu, dia seorang ayah dari 2 anak. Dan dia menceritakan pengalamannya.


”anak saya yang masih kecil pernah melakukan kesalahan. Dia tidak tahu apa yang dia lakukan. Saya tidak bisa memarahinya apalagi memukulnya. Tapi Saya merasa sangat jengkel. Dan waktu saya tidak tahan, saya melepaskan pukulan ke dinding. Itu mungkin menyakiti saya. Lebih baik daripada saya menyakiti anak saya yang saya kasihi.”


Memoriku tentang bunyi ”Prak” yang aku dengar waktu itu kembali muncul.
Aku mulai memahami maksudnya.. Air mataku menetes.


Ternyata waktu itu ayah mengambil rotan dan memukulnya ke lantai. Bunyinya sangat keras. Aku bisa merasakan betapa panas hatinya waktu itu.
Dan itu adalah cara Ayah melepaskan kemarahannya.
Dia punya alasan untuk menghajarku. Me’rotan’i ku. Tapi dia tidak melakukannya padaku.
Aku tidak mengerti kenapa.
Aku hanya bisa percaya bahwa ternyata.... Dia mengasihi ku.
Dan dia memilih untuk bertindak seperti itu.
Baginya itu lebih baik daripada aku harus mencicipi rotan tersebut.


wehh.. bapa di bumi aja bisa kayak gitu...apalagi Bapa yang di Surga?


Inilah momen paskah pertama yang membekas di hatiku. Peristiwa yang indah.
Aku berjumpa dengan Bapa yang saking mengasihi manusia, memilih untuk menyakiti diri-Nya sendiri, menderita. Bahkan dalam rupa manusia, Dia taat sampai mati. Dan bangkit, agar manusia yang dikasihiNya bisa mengalami kehidupan kekal bersama Dia.


Dari bapa yang tidak sempurna. Aku belajar tentang kasih Bapa yang sempurna.


What can separate me now?
Apa sih yang bisa memisahkanku dari kasih Allah?


Punya bapa yang tidak sempurna di dunia ini ternyata tidak mutlak menghalangiku untuk mengalami kasih Bapa yang sempurna.


Bapa di Surga ngak cuma mengasihimu.
Tapi sangaaaaat mengasihimu.
Dia ngak hanya mati buat nebus dosa2mu…
Tapi Dia hidup supaya kita pun bisa hidup baru bersama Dia..
Hanya karena Dia.



Yesus…Baik ya? ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar